Minggu, 07 November 2010

MARI MENGENAL ASURANSI JIWA

Awal Asuransi Jiwa

Pada zaman dahulu mengatasi rasa lapar dengan berburu. Jika persedian makanan disuatu tempat sudah mulai menipis, mereka pindah ke tempat lain karena mereka belum mengenal bercocok tanam secara menetap. Mereka hidup mengembara dari satu daerah ke daerah lain (nomaden).

Mereka tinggal di gua-gua untuk berlindungi dari keganasan alam. Itulah “Perlindungan” dan “Proteksi” pertama yang dikenal manusia. Mereka mulai mengembangkan model timbunan bahan makanan. Sehingga mereka mulai menetap dan mengembangkan sistem bercocok tanam secara menetap.

1. Perkumpulan Collegia Tenuiorom di Romawi
pada zaman keemasannya kerajaan Romawi mempunyai sejumlah besar tentara kerajaan untuk menjaga keamanan dan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Karena sering melakukan peperangan korban yang timbul tidak sedikit dan memerlukan biaya pemakaman yang tidak sedikit pula.

Mereka sadar bahwa beban biaya pemakaman tersebut akan terasa ringan jika ditanggung bersama. Oleh karena itu para serdadu Romawi tersebut secara suka rela membentuk perkumpulan yang disebut COLLEGIA TENUIORUM yang dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan para anggota yang tewas.

2. Sistem Gilda
Pada abad pertengahan di Eropa Barat dikenal suatu bentuk usaha gotong royong dari perkumpulan tukang dan pedagang di Eropa Barat dengan system GUILD ATAU GILDA.
Pedagang mengirimkan barang yang dihasilkan para tukang memerlukan armada pelayaran. Untuk menjamin keselamatan barangnya sampai ketempat tujuan kapalnya mulai di asuransikan. Karena para pemilik kapal berkali-kali mengalmi pengalaman pahit sehingga timbul kesadaran bahwa bukan barang serta kapal saja yang di asuransikan, tetapi nahkoda kapalnya pun harus di asuransikan.

Perkembangan Asuransi Jiwa di Indonesia

1. Masa Penjajahan Belanda
Ide-ide tentang proteksi terhadap akibat kematian di Indonesia diawali dengan lahirnya perkumpulan-perkumpulan kematian yang tersebar luas di wilayah Indonesia. Pada saat itu maskapai-maskapai asuransi jiwa Belanda yang berkedudukan di Nederland meluaskan usahanya di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan mereka kepada pemegang polis yang telah banyak pindah tugas di Indonesia.

2. Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan jepang tidak banyak kegiatan asuransi jiwa. Bahkan karena Perang Dunia II terjadi inflasi yang luar biasa sehingga keadaan ekonomi sangat terpuruk. Dalam keadaan demikian hampir seluruh perusahaan asuransi jiwa asing tutup dan banyak perusahaan pribumi gulung tikar.

3. Masa Indonesia Merdeka Sampai Kini.
Setelah kemerdekaan Indonesia, maskapi-maskapai asuransi jiwa Belanda mulai beroperasi kembali, dan kemudian diikuti dengan berdirinya perusahaan-perusahaan jiwa nasional.
Dengan timbulnya orde baru pada tahin 1966 yang menjalankan kebijakan moneter dengan ketat(Tight Money Policy) dan diikuti kebijakan rehabilitasi ekonomi, mulailah ekonomi di Indonesia pulih kembali. Untuk mendorong pertumbuhan perusahaan auransi Indonesia, pemerintah mulai menetapkan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penyelenggaraan usaha asuransi jiwa di Indonsia.

SUMBER :
Buku Panduan Agen (Training Education and Development Department)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar